PENYELESAIAN TUGAS TUTOR KASUS III( TRIGGER CASE III )
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS TUTOR BLOG SISTEM PERSYARAFAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : STEVAN PERIKA BELA
NIM : AII000628
KELAS : II B
KASUS
Pasien dirawat diruang tulip medical centre hospital dengan keluhan pusing yang hebat, nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien sudah menderita nyeri kepala ini selama kurang lebih 2 tahun. dari pemeriksaan sementara pasein didiagnosa adanya tumor kepala. pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri kepala yang hebat.
PENYELESAIAN KASUS
A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002)
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu
1. Herediter atau factor genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
D. PATHWAY
Tumor otak
Oedema otak Peningkatan massa Obstruksi cairan
otak cerebrospinal
Perubahan suplai Hidrosefalus
Darah ke otak Kompensasi
1. Vasokontriksi pemb.drh otak
2. Mempercepat absorpsi
Cairan serebrospinalis
Nekrosis jaringan
Kehilangan fungsi Gagal
secara akut
Kejang Peningkatan TIK Nyeri
Perubahan perfusi jaringan otak
a. Nyeri kepala
b. Mual muntah proyektil Defisit knowledge
c. Hipertensi
d. Bradikardi
e. Kesadaran menurun
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi
Tanda dan Gejala Umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah bila batuk, membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasaa
F. MANIFESTASI KLINIK
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata
c. Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
H. KOMPLIKASI
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik)
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
4. Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
5. Epilepsi
6. Metastase ketempat lain
I. PENATALAKSANAAN
Faktor -faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
a. Usia
b. General Health
c. Ukuran Tumor
d. Lokasi Tumor
e. Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu:
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
Terapi Pre-Surgery :
Steroid : Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
Anticonvulsant Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
Shunt : Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikutserta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
b. Radiotherapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
NO | DATA FOKUS | PROBLEM | ETIOLOGI |
1 2 | DS : pasien mengatakan pusing yang hebat , nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, pasien mengatakan menderita nyeri kepala kurang lebih sudah 2 tahun. DO : pasien tampak menahan nyeri. skala nyeri pasien 7 DS : pasien mengatakan sulit tidur DO : pasien terlihat lemas, terdapat lingkaran gelap dibawah mata. | Nyeri Gangguan pola tidur | Agen cedera biologis “ kangker otak”. Gelisan dan karena nyeri yang dirasakan. |
2. PERENCANAAN
NO | DIAGNOSA KEPERAWATAN | KRITERIA HASIL | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1. 2 | Nyeri b.d agen cedera biologis “ kangker otak”. Gagguan pola tidur b.d gelisah dan nyeri yang dirasakan | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan pasien hilang dengan criteria hasil : 1. Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol, 2. klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pola istirahat pasien kembali norma dengan criteria hasil : a. tidak ada masalah dalam dengan pola tidur b. perasaan segar setelah tidur atau istirahat. | 1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan. 2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital 3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul. 4. Berikan kompres dingin pada kepala. a. pantau pola istirahat pasien b. anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup. c. ajarkan pasien untuk menghindari makan dan minum pada jam istirahat d. hindari suara keras e. mengatur lingkungan yang aman dan nyaman | 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan. 2. Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. 3. Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan. 4. Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi a. mengetahui perkembangan pola istirahat pasien b. memenuhi waktu istirahat pasien c. memuda hkan dalam proses istirahat d. memudahkan istirahat pasien e. merilekskan pikiran pasien untuk istirahat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar