Minggu, 20 November 2011



PENYELESAIAN TUGAS TUTOR KASUS II ( TRIGGER  CASE II )
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS TUTOR BLOG SISTEM PERSYARAFAN

DISUSUN OLEH :
NAMA  : STEVAN PERIKA BELA
NIM      : AII000628
KELAS : II B

A.    PENGERTIAN
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
B.     ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
1.      Intrakranial Asfiksia :
Ensefolopati hipoksik – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.
2.      Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus

3.      diopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
C.     PATHOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
D.    PATHWAY








Metabolisme otak
 





 
























E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
1.       Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit.
2.        Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.
3.       Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal
4.       Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
5.       Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
6.        Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
a.       Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
b.      Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella, citomegalovirus dan virus herpes
c.       Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih besar dari aturan baku
d.       USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal, pervertikular, dan vertikular
e.      Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak
f.        Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi positif denganubun – ubun besar tegang, membenjol dan kepala membesar.
7.       Tumbuh kembang pada anak usia 1 – 3 tahu



F.      ASKEP
1.      ANALISA DATA
NO
DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
1.





2.







3.
DS : -
DO :
a.       Kondisi Pasien terlihat lemah
b.      Ekstermitas atas dan bawah pasien tidak dapat digerakkan
DS : -
DO:
a.       Pasien terlihat sesak nafas
b.      Pola nafas pasien tidak efektif
c.       Ada penumpukan sekret pada jalan nafas pasien
DS : -
DO :
a.       Kondisi pasien lemah
b.      Kulit pasien terlihat kemerahan
c.       Mulut pasien sianosis



kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil




Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas







kerusakan persepsi, penurunan kekuatan



Resiko terhadap penghentian pernafasan




Bersihan Jalan Nafas Inefektif






Kerusakan mobilitas fisik


2.    PERENCANAAN

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONALISASI
1.


























2.





















3.









Resiko terhadap penghentian pernafasan barhubungan dengan kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil

























Bersihan Jalan Nafas Inefektif Berhubungan Dengan Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas




















Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan













setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama 3 x 24 jam diharapkan  penghentian pernafasan pasien  tidak terjadi dengan criteria hasil :
a.    RR dalam batas normal (16 – 20 x/ menit )
b.   Tak kejang
c.    Klien mengungkapkan perbaikan pernafasannya

















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif Kriteria hasil :
a. sekresi mukus berkurang tak kejang
b.gigi tak menggigit














Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Kerusakan mobilisasi fisik teratasi dengan kriteria hasil :
a.Mobilisasi fisik klien aktif
b.                  kejang tidak ada
c.kebutuhan klien teratasi
a. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur dengan tempat tidur rendah
b.Masukan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik / biarkan pasien menggigit benda lunak atara gigi
c. Observasi TTV


d.               catat tipe dari aktivitas kejang
e. Lakukan penilaian neurologis, tingkat kesadaran, orientasi
f. Biarkan tingkah laku “ automatik” tanpa menghalang
g.Kolaborasi dalam pemberian obat anti convulsi

a.       Anjurkan klien mengosongkan mulut dari benda
b.      Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar
c.       Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
d.      Masukan spatel lidah



e.       Lakukan penghisapan lender

a.    Kaji tingkat mobilisasi klien.
b.    Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien.
c.    Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan.
d.   Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien.
e.    Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.




a. mengurangi trauma saat kejang



b.menurunkan resiko terjadinya trauma mulut


c. menentukan kegawatan kejang dan intervensi yang sesuai
d.              membantu untuk melokalisir daerah otak
e. mencatat keadaan postiktal dan waktu penyembuhan
f. untuk menghindari cidera atau trauma yang lebih lanjut
g.untuk mencegah kejang ulangan


a.       menurunkan aspirasi atau masukanya benda asing ke faring


b.      mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas



c.       untuk memfasilitasi usaha bernafas



d.      untuk membuka rahang dan mencegah tergigitnya lidah

e.       menurunkan resiko aspirasi

a.           mengetahui perkembangan pasien
b.           mengetahui menurunnya aktivitas pasien
c.           memenuhi kebutuhan pasien
d.          membantu klien dalam beraktivitas




e.           memenuhi kebutuhan klien




Minggu, 25 September 2011

Pemasangan Slang Nasogastrik (NGT)

Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.


PERALATAN
  1. Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
  2. Pelumas/ jelly
  3. Spuit berujung kateter 60 ml
  4. Stetoskop
  5. lampu senter/ pen light
  6. klem
  7. Handuk kecil
  8. Tissue
  9. Spatel lidah
  10. Sarung tangan dispossible
  11. Plester
  12. Nierbekken
  13. Bak instrumen

TUJUAN

  • memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
  • memungkinkan evakuasi isi lambung
  • menghilangkan mual



HASIL YANG DIHARAPKAN
  • Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu
  • Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah


PENGKAJIAN

Pengkajian harus berfokus pada:
  1. Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
  2. Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
  3. Riwayat masalah sinus atau nasal
  4. Distensi abdomen, nyeri atau mual


LANGKAH PELAKSANAAN
  1. Cuci tangan dan atur peralatan
  2. Jelaskan prosedur pada klien
  3. Bantu klien untuk posisi semifowler
  4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
  5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
  6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
  7. Gunakan sarung tangan
  8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
    Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
  9. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
  10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
  11. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
  12. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
  13. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
  14. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
  15. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.



DOKUMENTASI

Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
  • Tanggal dan waktu insersi slang
  • Warna dan jumlah drainase
  • ukuran dan tipe slang
  • Toleransi klien terhadap prosedur

NGT ( nasogastric tube )

NGT merupakan singkatan dari nasogastric tube yaitu suatu selang pendek yang dimasukkan ke dalam lambung melalui hidung pasien yang mengalami gangguan fungsi menelan atau mengunyah.

TUJUAN PEMASANGAN NGT:
• Memberikan makanan cair
• Memberikan minum
• Memberikan obat-obatan
• Mengambil cairan lambung

Rumus Menghitung Tetes Infus

MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
々Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60

々Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt
々Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)

々Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)

Penyebab dan Cara Atasi Sesak Nafas

Headline
Oksigen adalah sumber energi utama, maka mutlak diperlukan dalam jumlah berlimpah agar setiap sel dapat melakukan metabolisme. Beberapa penyebab sulit bernafas di antaranya, pertama adalah faktor keturunan, yang memang dari sono-nya memiliki paru-paru dan organ pernafasan lemah. Ditambah kelelahan bekerja dan gelisah, maka bagian-bagian tubuh akan memulai fungsi tidak normal.
Kabar baiknya, ini tidak otomatis membuat tubuh menderita, sebab secara alami akan melindungi diri sendiri. Namun demikian, sistem pertahanan bekerja ekstra, bahkan kadang-kadang alergi dan asma timbul sebagai reaksi dari sistem pertahanan tubuh yang bekerja terlalu keras.
Kedua, karena faktor lingkungan. Udara dingin dan lembab dapat menyebabkan sesak nafas. Demikian pula dengan serbuk sari bunga (pollen) dan partikel lain. Bekerja di lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas berkepanjangan. Polusi pada saluran hidung disebabkan pula oleh rokok yang dengan langsung dapat mengurangi suplai oksigen.
Ketiga, adalah produksi lendir yang berlebihan akan menyumbat saluran udara. Makanan yang menyebabkan produksi lendir berlebih adalah produk dari susu, tepung, nasi putih, dan permen.
Penyebab sesak nafas yang keempat dapat pula karena kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru-paru dan saluran nafas mengental. Kondisi ini juga menjadi situasi yang menyenangkan bagi mikroba untuk berkembang biak.
Kelima, masalah pada susunan tulang atau otot tegang pada punggung bagian atas akan menghambat sensor syaraf dan bioenergi dari dan menuju paru-paru.
Hal keenam yang juga dapat menimbulkan sesak nafas adalah ketidakstabilan emosi. Orang-orang yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri cendertung untuk sering menahan nafas. Atau justru menarik nafas terlalu sering dan dangkal sehingga terengah-engah. Dalam waktu yang lama, kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon, yang berkaitan langsung dengan sistem pertahanan tubuh. Kurang pendidikan bisa juga menyebabkan sesak nafas. Pengetahuan akan cara bernafas yang baik dan benar akan bermanfaat dalam jangka panjang baik terhadap fisik maupun emosi seseorang.
Jalan keluar untuk mengatasi sesak nafas yang paling cepat adalah berada pada lingkungan hijau dan lapang. Jika tidak memiliki kemampuan untuk sering pergi keluar kota, ke gunung atau laut, tanamlah pohon berdaun hijau lebat di sekitar tempat tinggal yang akan memproduksi banyak oksigen dan menyerap polusi. Setiap saat menemukan lingkungan hijau dan bersih, berjalan kakilah dan hirup udara dalam-dalam.
Para penyandang sesak nafas kronis sebaiknya menghindari konsumsi bahan susu berlebihan, gula putih, permen, tepung dan nasi putih. Jika nafas sudah mulai teratur, makanan itu dapat dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk melihat reaksi tubuh. Dalam waktu yang sama konsumsi buah dan sayuran dalam jumlah banyak. Minum air hangat 6-8 gelas per hari.
Jika sesak nafas diiringi flu atau demam, makanlah sup yang dibumbui bawang merah, bawang putih, lada, kayu manis, jahe dan cengkih. Bumbu tersebut dapat membantu membuka sumbatan pada saluran nafas.
Mengelola emosi sangat penting untuk menyembuhkan masalah pernafasan. Banyak cara yang bisa dilakukan seperti berpikiran positif, menghilangkan ketakutan yang tidak beralasan, bahkan sering tersenyum akan sangat membantu. Namun demikian cara mengelola emosi yang tepat hanya diketahui oleh pribadi masing-masing.
Olahraga yang menggerakkan punggung atas dan dada sangat membantu mengalirkan darah dan energi penyembuhan. Perlu diingat jika kita merawat tubuh dan pikiran, imbal baliknya adalah kenikmatan yang tak terkira.

Kebutuhan dasar manusia

Gardner Murpy menggambarkan kebutuhan itu atas empat kategori, yang terdiri dari:
  1. Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara, dan sejenisnya.
  2. Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan untuk tetap bergerak
  3. Kebutuhan sensorik yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara, ritme, kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya.
  4. Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan, dan sejenisnya.
Sedangkan Erich Fromm mengidentifikasi kebutuhan manusia itu berasal dari kondisi keadaannya, yang meliputi:
1. Keterhubungan versus narcissisme
2. Transenden-creativitas versus penghancuran
3. Kekeluargaan versus non kekelargaan
4. Rasa identitas-individualitas versus konformitas kelompok
5. Kebutuhan pengabdian rasional versus irrasional
Selanjutnya beberapa macam kebutuhan dasar manusia menurut Knowles yang dapat dijadikan konsep dasar untuk pengembangan program pembelajaran pendidikan non formal, dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Kebutuhan fisik. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling mudah dilihat. Dalam hubungan dengan pendidikan, maka kebutuhan itu meliputi kebutuhan untuk melihat, mendengar, beristirahat. Jika tulisan terlalu kecil, suara terlalu pelan, jika kursi terlalu keras cenderung orang tidak terlalu merasa senang, sehingga tidak dapat mengkonsentrasikan dirinya kepada proses pembelajaran. Kebutuhan fisik merupakan sumber motivasi pada sebagian tindakan manusia.
  2. Kebutuhan bertumbuh. Menurut para ahli psikologi dan psikiatri kebutuhan untuk pertumbuhan dan berkembang merupakan kebutuhan yang paling dasar dan universal. Hal ini terlihat pada anak-anak adanya dorongan untuk belajar berbicara, merangkak, berjalan dan tumbuh dengan berbagai cara. Para remaja dan pemuda merasakan adanya kebutuhan untuk melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Gejala ini tidak hanya terbatas pada masyarakat bebas seperti di negara-negara maju, tetapi di dalam masyarakat primitive sekalipun gejala ini dapat ditemukan. Tidak dapat disangkal bahwa pada anak-anak terdapat dorongan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang.
  3. Kebutuhan akan keselamatan; kebutuhan akan keselamatan mencakup keselamatan fisik dan psikologik seperti perlindungan atas ancaman harga diri. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk bersikap hati-hati dan waspada dalam suatu situasi asing. Kebutuhan ini menyebabkan kita biasanya lebih merasa aman bekerja secara sistematik di dalam lingkungan yang teratur. Setiap orang ingin mengetahhui dimana dan bagaimana mendapatkan sesuatu, apa yang akan terjadi selanjutnya, kemana ia akan pergi. Ia lebih cenderung bekerja menurut cara lama dari pada cara baru sekalipun mungkin lebih baik hanya karena ia merasa lebih aman bekerja dengan cara yang lama itu. Karena itu kebutuhan akan keselamatan perlu diketahui di dalam belajar sehingga dapat memanfaatkannya untuk kepentingan belajar. Di satu pihak ia dapat menjadi pendorong yang kuat atau dilain pihak ia dapat menjadi penghambat dalam belajar.
  4. Kebutuhan akan pengalaman baru; sementara manusia mencari keselamatan, mereka juga menciptakan ketegangan dalam bentuk petualangan yang mengasyikkan dan penuh risiko. Orang cenderung menjadi bosan dengan yang rutin, terlalu monoton. Orang membutuhkan pengalaman-pengalaman baru, mencari teman baru, dan ide baru. Kebutuhan ini sangat penting untuk mendorong proses pembelajaran yang berhasil.
  5. Kebutuhan untuk dikasihi; semua orang ingin disukai, meskipun cara yang ditempuh untuk mencapainya kadang-kadang menunjukkan dorongan yang bertentangan. Ini sesungguhnya adalah kebutuhan social, kebutuhan sesorang untuk berbuat sesuatu untuk menyenangkan orang lain sekalipun dengan harus dengan pengorbanan diri sendiri, yang menyebabkan ia mencari orang lain untuk bertukar minat pengalaman, kesenangan dan kesusahan. Jika ia merasa tidak disukai yaitu kebutuhannya tidak terpuaskan, mungkin ia mereaksi salah satu dari dua ujung yang ekstrim apakah dengan menarik diri atau secara agresif menunjukan permusuhan atau mungkin juga ia mengambil jalan tengah dengan bertingkah pura-pura setuju.
  6. Kebutuhan untuk dikenal; setiap manusia merasa perlu untuk dihargai, dipuji dan dihormati oleh orang lain. Keinginan ini mendorong orang untuk berusaha memperoleh kedudukan di dalam kelompok social lembaga dan masyarakatnya. Kebutuhan ini menyebabkan mereka mencari status dan perhatian. Orang yang tidak berhasil memenuhi kebutuhan ini mungkin menderita simtom penarikan diri atau sekali menampilkan diri, mencoba menarik perhatian orang lain. Kadang-kadang sulit bagi seseorang untuk menerima kebutuhan pribadi yang mendalam ini sebagai sesuatu yang normal atau alamiah, karena simtom-simtom perilakunya yang begitu menyakitkan bahkan sampai merusak. Tetapi setiap orang yang ingin menolong orang lain belajar harus menerima kebutuhan-kebutuhan personalitas yang terdapat secara alamiah di dalam diri setiap orang sebagai sumber kekuatan motivasi yang luar biasa untuk belajar.
Tenaga Pendidikan non formal seharusnya memahami dan mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia dalam penyusunan dan penyelenggaraan program pembelajaran pendidikan noon formal. Petugas pendidikan non formal yang memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar manusia itu akan berusaha menyiapkan kenyamanan fisik untuk keperluan proses pembelajaran. Ia akan memberikan pengalaman belajar yang menjamin pertumbuhan warga belajar. Ia akan mentransferkan program-program pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan ketentaraman social, ekonomi, psikologi dan akan meyiapkan suatu lingkungan yang dapat menjamin ketenangan dalam belajar.
Para tenaga PLS yang memahami mengenai kebutuhan dasar, akan memperhitungkannya dalam berbagai hal. Ia akan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan memberikan setiap peserta pengalaman belajar yang akan menjamin perasaan untuk berkembang bagi stiap orang. Ia akan menawarkan program belajar yang akan meningkatkan keamanan psikologis dan spiritual serta memberikan rasa aman selama belajar. Ia akan menciptakan lingkungan yang akan menumbuhkan minat baru serta gagasan baru, sehingga program belajarnya tidak bersifat rutin. Ia akan memberikan kesempatan timbulnya hubungan yang hangat antara peserta atau warga belajar dengan tenaga PLS atau antara peserta dengan peserta. Ia menyadari bahwa setiap peserta memerlukan pengakuan atau perhatian.
Bagi seorang tenaga PLS yang sederhana, ia akan membantu peserta menyadari akan kebutuhnnya serta memperluas pengalamannya dan meningkatkan kemampuan mereka, sehingga dapat memuaskan kebutuhannya melalui perilaku yang efektif. ia akan menyadari bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah membentu peserta agar mereka memperoleh pemahaman yang lebih objektif terhadap sebab-sebab perilakunya dan menjadi lebih terampil dalam mendiagnosa kebutuhannya untuk pengembangan lebih lanjut agar dapat memberikan kepuasan yang lebih baik terhadap kebutuhan fisik dan psikologisnya.
Aspek lain yang perlu dipahami mengenai kebutuhan dasar manusia adalah dalam hubungannya dengan waktu. Artinya kebutuhan dasar mereka akan berubah baik intensitasnya maupun kualiitasnya sejalan dengan pertambahan umur mereka. Misalnya kebutuhan untuk memperoleh pengakuan atau kebutuhan akan berprestasi akan menurun sejalan dengan bertambanhnya umum dan penurunan itu terutama disebabkan adanya rasa puas atau kebutuhan tersebut telah diganti oleh kebutuhan lainnya.