Minggu, 20 November 2011



PENYELESAIAN TUGAS TUTOR KASUS II ( TRIGGER  CASE II )
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS TUTOR BLOG SISTEM PERSYARAFAN

DISUSUN OLEH :
NAMA  : STEVAN PERIKA BELA
NIM      : AII000628
KELAS : II B

A.    PENGERTIAN
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
B.     ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
1.      Intrakranial Asfiksia :
Ensefolopati hipoksik – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.
2.      Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus

3.      diopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
C.     PATHOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
D.    PATHWAY








Metabolisme otak
 





 
























E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
1.       Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit.
2.        Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.
3.       Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal
4.       Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
5.       Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
6.        Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
a.       Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
b.      Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella, citomegalovirus dan virus herpes
c.       Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih besar dari aturan baku
d.       USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal, pervertikular, dan vertikular
e.      Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak
f.        Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi positif denganubun – ubun besar tegang, membenjol dan kepala membesar.
7.       Tumbuh kembang pada anak usia 1 – 3 tahu



F.      ASKEP
1.      ANALISA DATA
NO
DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
1.





2.







3.
DS : -
DO :
a.       Kondisi Pasien terlihat lemah
b.      Ekstermitas atas dan bawah pasien tidak dapat digerakkan
DS : -
DO:
a.       Pasien terlihat sesak nafas
b.      Pola nafas pasien tidak efektif
c.       Ada penumpukan sekret pada jalan nafas pasien
DS : -
DO :
a.       Kondisi pasien lemah
b.      Kulit pasien terlihat kemerahan
c.       Mulut pasien sianosis



kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil




Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas







kerusakan persepsi, penurunan kekuatan



Resiko terhadap penghentian pernafasan




Bersihan Jalan Nafas Inefektif






Kerusakan mobilitas fisik


2.    PERENCANAAN

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONALISASI
1.


























2.





















3.









Resiko terhadap penghentian pernafasan barhubungan dengan kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil

























Bersihan Jalan Nafas Inefektif Berhubungan Dengan Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas




















Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan













setelah dilakukan tindakan keperawatan  selama 3 x 24 jam diharapkan  penghentian pernafasan pasien  tidak terjadi dengan criteria hasil :
a.    RR dalam batas normal (16 – 20 x/ menit )
b.   Tak kejang
c.    Klien mengungkapkan perbaikan pernafasannya

















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif Kriteria hasil :
a. sekresi mukus berkurang tak kejang
b.gigi tak menggigit














Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Kerusakan mobilisasi fisik teratasi dengan kriteria hasil :
a.Mobilisasi fisik klien aktif
b.                  kejang tidak ada
c.kebutuhan klien teratasi
a. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur dengan tempat tidur rendah
b.Masukan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik / biarkan pasien menggigit benda lunak atara gigi
c. Observasi TTV


d.               catat tipe dari aktivitas kejang
e. Lakukan penilaian neurologis, tingkat kesadaran, orientasi
f. Biarkan tingkah laku “ automatik” tanpa menghalang
g.Kolaborasi dalam pemberian obat anti convulsi

a.       Anjurkan klien mengosongkan mulut dari benda
b.      Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar
c.       Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
d.      Masukan spatel lidah



e.       Lakukan penghisapan lender

a.    Kaji tingkat mobilisasi klien.
b.    Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien.
c.    Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan.
d.   Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien.
e.    Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.




a. mengurangi trauma saat kejang



b.menurunkan resiko terjadinya trauma mulut


c. menentukan kegawatan kejang dan intervensi yang sesuai
d.              membantu untuk melokalisir daerah otak
e. mencatat keadaan postiktal dan waktu penyembuhan
f. untuk menghindari cidera atau trauma yang lebih lanjut
g.untuk mencegah kejang ulangan


a.       menurunkan aspirasi atau masukanya benda asing ke faring


b.      mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas



c.       untuk memfasilitasi usaha bernafas



d.      untuk membuka rahang dan mencegah tergigitnya lidah

e.       menurunkan resiko aspirasi

a.           mengetahui perkembangan pasien
b.           mengetahui menurunnya aktivitas pasien
c.           memenuhi kebutuhan pasien
d.          membantu klien dalam beraktivitas




e.           memenuhi kebutuhan klien




Minggu, 25 September 2011

Pemasangan Slang Nasogastrik (NGT)

Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.


PERALATAN
  1. Slang nasogastrik (ukuran 14-18 fr)
  2. Pelumas/ jelly
  3. Spuit berujung kateter 60 ml
  4. Stetoskop
  5. lampu senter/ pen light
  6. klem
  7. Handuk kecil
  8. Tissue
  9. Spatel lidah
  10. Sarung tangan dispossible
  11. Plester
  12. Nierbekken
  13. Bak instrumen

TUJUAN

  • memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
  • memungkinkan evakuasi isi lambung
  • menghilangkan mual



HASIL YANG DIHARAPKAN
  • Klien menambah berat badannya 1/2 sampai 1 kg per minggu
  • Klien tidak mempunyai keluhan mual atau muntah


PENGKAJIAN

Pengkajian harus berfokus pada:
  1. Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang
  2. Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada
  3. Riwayat masalah sinus atau nasal
  4. Distensi abdomen, nyeri atau mual


LANGKAH PELAKSANAAN
  1. Cuci tangan dan atur peralatan
  2. Jelaskan prosedur pada klien
  3. Bantu klien untuk posisi semifowler
  4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
  5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal:Minta klien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas
  6. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien. Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
  7. Gunakan sarung tangan
  8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
    Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di sepanjang slang dengan plester kecil
  9. Minta klien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih
  10. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta klien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut
  11. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan
  12. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong klien untuk bernafas dalam
  13. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta klien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
  14. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang
  15. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.



DOKUMENTASI

Catat hal-hal berikut pada lembar dokumentasi:
  • Tanggal dan waktu insersi slang
  • Warna dan jumlah drainase
  • ukuran dan tipe slang
  • Toleransi klien terhadap prosedur

NGT ( nasogastric tube )

NGT merupakan singkatan dari nasogastric tube yaitu suatu selang pendek yang dimasukkan ke dalam lambung melalui hidung pasien yang mengalami gangguan fungsi menelan atau mengunyah.

TUJUAN PEMASANGAN NGT:
• Memberikan makanan cair
• Memberikan minum
• Memberikan obat-obatan
• Mengambil cairan lambung

Rumus Menghitung Tetes Infus

MACRO = 1 cc = 20 tts/mnt
々Tetes Infus Macro
tts/mnt = jmlh cairan X 20 / lama infus X 60

々Lama Infus Macro
lama infus = (jmlh cairan X 20) / (tts/mnt X 60)

MICRO = 1 cc = 60 tts/mnt
々Tetes Infus Micro
tts/mnt = (jmlh cairan X 60) / (lama Infus X 60)

々Lama Infus Micro
lama infus = (jmlh cairan X 60) / (tts/mnt X 60)