PENYELESAIAN TUGAS TUTOR KASUS II ( TRIGGER CASE II )
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS TUTOR BLOG SISTEM PERSYARAFAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : STEVAN PERIKA BELA
NIM : AII000628
KELAS : II B
A. PENGERTIAN
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
B. ETIOLOGI
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
1. Intrakranial Asfiksia :
Ensefolopati hipoksik – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.
2. Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus
3. diopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
C. PATHOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
D. PATHWAY
| |||||
![]() | |||||
![]() |
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
1. Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit.
2. Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.
3. Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal
4. Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia
5. Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
6. Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
a. Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
b. Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella, citomegalovirus dan virus herpes
c. Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih besar dari aturan baku
d. USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal, pervertikular, dan vertikular
e. Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak
f. Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi positif denganubun – ubun besar tegang, membenjol dan kepala membesar.
7. Tumbuh kembang pada anak usia 1 – 3 tahu
F. ASKEP
1. ANALISA DATA
NO | DATA FOKUS | PROBLEM | ETIOLOGI |
1. 2. 3. | DS : - DO : a. Kondisi Pasien terlihat lemah b. Ekstermitas atas dan bawah pasien tidak dapat digerakkan DS : - DO: a. Pasien terlihat sesak nafas b. Pola nafas pasien tidak efektif c. Ada penumpukan sekret pada jalan nafas pasien DS : - DO : a. Kondisi pasien lemah b. Kulit pasien terlihat kemerahan c. Mulut pasien sianosis | kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas kerusakan persepsi, penurunan kekuatan | Resiko terhadap penghentian pernafasan Bersihan Jalan Nafas Inefektif Kerusakan mobilitas fisik |
2. PERENCANAAN
NO | DIAGNOSA KEPERAWATAN | KRITERIA HASIL | INTERVENSI | RASIONALISASI |
1. 2. 3. | Resiko terhadap penghentian pernafasan barhubungan dengan kelemahan dan kehilangan koordinasi otot besar dan kecil Bersihan Jalan Nafas Inefektif Berhubungan Dengan Peningkatan Sekresi Mukus, Obstruksi Jalan Nafas Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan | setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penghentian pernafasan pasien tidak terjadi dengan criteria hasil : a. RR dalam batas normal (16 – 20 x/ menit ) b. Tak kejang c. Klien mengungkapkan perbaikan pernafasannya Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif Kriteria hasil : a. sekresi mukus berkurang tak kejang b.gigi tak menggigit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Kerusakan mobilisasi fisik teratasi dengan kriteria hasil : a.Mobilisasi fisik klien aktif b. kejang tidak ada c.kebutuhan klien teratasi | a. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur dengan tempat tidur rendah b.Masukan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik / biarkan pasien menggigit benda lunak atara gigi c. Observasi TTV d. catat tipe dari aktivitas kejang e. Lakukan penilaian neurologis, tingkat kesadaran, orientasi f. Biarkan tingkah laku “ automatik” tanpa menghalang g.Kolaborasi dalam pemberian obat anti convulsi a. Anjurkan klien mengosongkan mulut dari benda b. Letakan klien pada posisi miring dan permukaan datar c. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen d. Masukan spatel lidah e. Lakukan penghisapan lender a. Kaji tingkat mobilisasi klien. b. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien. c. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan. d. Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien. e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien. | a. mengurangi trauma saat kejang b.menurunkan resiko terjadinya trauma mulut c. menentukan kegawatan kejang dan intervensi yang sesuai d. membantu untuk melokalisir daerah otak e. mencatat keadaan postiktal dan waktu penyembuhan f. untuk menghindari cidera atau trauma yang lebih lanjut g.untuk mencegah kejang ulangan a. menurunkan aspirasi atau masukanya benda asing ke faring b. mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas c. untuk memfasilitasi usaha bernafas d. untuk membuka rahang dan mencegah tergigitnya lidah e. menurunkan resiko aspirasi a. mengetahui perkembangan pasien b. mengetahui menurunnya aktivitas pasien c. memenuhi kebutuhan pasien d. membantu klien dalam beraktivitas e. memenuhi kebutuhan klien |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar